Sabtu, 22 Februari 2020

HUKUM JILBAB PUNUK UNTA DALAM ISLAM


HUKUM JILBAB PUNUK UNTA DALAM ISLAM

(Dikutup dari majalah online dalamislam.com)
Post Date February 17.2020
Post author By Ambar Aruning Tyas
Akhir-akhir ini tidak sedikit wanita yang mengenakan jilbab namun ada tonjolan di belakang kepala.
Tonjolan di belakang ini bisa karena rambutnya yang panjang kemudian digelung.
Atau tonjolan di bagian belakang kepala juga dikarenakan kain yang digunakan sebagai bagian dari penggunaan jilbab itu sendiri agar rapi.
Sebagian ulama berpendapat bahwa hukum memakai jilbab jenis ini dilarang dalam Islam karena tidak sesuai dengan syariat Islam. Umumnya, mereka merujuk pada hadist berikut ini.
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا-رواه مسلم
“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya yaitu kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia (maksudnya penguasa yang dzalim), dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka seprti punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu (jarak jauh sekali).” (HR. Muslim)
Hadits di atas menggambarkan wanita yang berpakaian tidak sesuai dengan adab berpakaian dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaannya, apakah tonjolan di bagian belakang kepala ini termasuk menyerupai punuk unta?
Terkait dengan apa yang dimaksud dengan menyerupai punuk unta, ulama berpendapat punuk unta sebagai lipatan atau gelungan kain yang dinaikkan ke atas kepala.
Imam an-Nawawi dalam Syarh Muslim menyatakan,
“Adapun “kepala-kepala mereka seperti punuk unta” maksudnya adalah mereka membesar-besarkan kepala-kepala dengan kerudung (khimar), tutup kepala wanita (al-khumur) dan kain sorban (al-‘ama’im) atau yang lainnya dari sesuatu yang digelung (dikonde) di atas kepala sehingga menyerupai punuk unta …” (Syarh An-Nawawi ‘Ala Muslim)
Dari pernyataan Imam an-Nawawi di atas, yang dimaksud dengan menyerupai punuk unta adalah membesar-besarkan kepala dengan kain yang digelung di atas kepala, dan bukan di belakang kepala.

Lalu bagaimana jika yang digelung adalah rambut wanita yang panjang?
Imam al-Qurtubi mengatakan,
… kepala-kepala wanita itu dianalogikan dengan punuk unta karena mereka mengangkat (menjadikan gulungan dan lipatan rambut mereka di atas kepala sebagai bentuk perhiasan (berhias, mempercantik) dan dibuat-buat, dan terkadang mereka melakukan itu dengan sesuatu yang bisa menambah rambut mereka (dengan rambut buatan)” (Fathul Baari 10/375).
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan punuk unta adalah lipatan atau gelungan, baik rambut ataupun kain, yang diangkat ke atas kepala dengan tujuan berhias atau mempercantik diri.
Hal ini jelas merupakan salah satu bentuk larangan berpakaian dalam Islam.
Dengan demikian, jika seorang wanita muslimah berambut panjang menggelung rambutnya di belakang kepala kemudian memakai jilbab hingga terlihat tonjolan di bagian belakang kepala maka hal ini tidaklah dilarang.
Apalagi jika sang wanita tidak berniat untuk berhias atau mempercantik diri agar lawan jenis tertarik.
Hal ini dipertegas dengan fatwa yang dikeluarkan Sheikh Bin Baz ketika ditanya oleh seorang penanya,
“Apakah lipatan rambut di belakang kepala untuk wanita yang berambut panjang itu termasuk dalam golongan ahli neraka yang disebut dengan punuk unta dalam hadits Nabi?”
Beliau pun menjawab,
“Tidak!. Wanita yang berambut panjang kemudian melipatnya di belakang kepala tidak masalah walaupun agak sedikit menonjol. Karena larangannya adalah lipatan dari sesuatu selain rambut, seperti kain atau selendang dan semisalnya.”
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hukum jilbab punuk unta adalah dilarang jika kain yang digunakan ditarik ke atas kepala hingga timbul tonjolan di atas kepala.
Jika tonjolan berada di bagian belakang kepala akibat digelungnya rambut maka hal itu tidak dapat disebut sebagai jilbab punuk unta sehingga tidak dilarang.
Pemahaman ini perlu agar tidak terjadi penghakiman yang sewenang-wenang terhadap wanita berambut panjang yang harus menggelung rambutnya saat menggunakan jilbab.

Adab Terhadap Orang Tua Dalam Islam


Adab Terhadap Orang Tua Dalam Islam

(Dikutup dari majalah online dalamislam.com)
Tidak ada orang yang lebih penting untuk dihormati selain Rasulullah dan orang tua kita. Rasulullah sendiri telah memperingatkan kita untuk sellau berbakti kepada orang tua, baik itu orang tua sendiri maupun orang tua lainnya. Maka dari itu, terdapat beberapa adab terhadap orang tua yang telah dicontohkan oleh Rasulullah sebagai berikut:

1. Tidak memandang dengan tatapan tajam

Sebagai seorang yang jauh lebih muda, kita dianjurkan untuk tidak memandang orang yang lebih tua dengan tatapan yang tajam dan tidak menyenangkan. Berikan tatapan yang lembut dan hangat ketika berhadapan dengan orang tua.
Sebagaimana yang terdapat pada Shohih Bukhari no. 2731, 2732, yang mana para sahabat kala itu selalu memandang dengan penuh hormat kepada Rasul dimana mereka menjalani Rasulullah Saw.

2. Tidak mendahulukan bicara

Adab selanjutnya adalah berbicara dengan mendahulukan yang lebih tua. Biarkan mereka yang lebih tua untuk berbicara terlebih dahulu untuk menyenangkan hati mereka.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,
كُنَّا عِنْدَ النَّبِىِّصلى الله عليه وسلمفَأُتِىَ بِجُمَّارٍ فَقَالَ « إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً مَثَلُهَا كَمَثَلِ الْمُسْلِمِ » . فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ هِىَ النَّخْلَةُ ، فَإِذَا أَنَا أَصْغَرُ الْقَوْمِ فَسَكَتُّ ، قَالَ النَّبِىُّصلى الله عليه وسلم – « هِىَ النَّخْلَةُ »
“Dulu kami berada di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian didatangkanlah bagian dalam pohon kurma.  Lalu beliau mengatakan, “Sesungguhnya di antara pohon adalah pohon yang menjadi permisalan bagi seorang muslim.” Aku (Ibnu ‘Umar) sebenarnya ingin mengatakan bahwa itu adalah pohon kurma. Namun, karena masih  kecil, aku lantas diam. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Itu adalah pohon kurma.” (HR. Bukhari no. 72 dan Muslim no. 2811)

3. Berbicara dengan nada yang lembut

Sebagai orang yang lebih muda, hendaknya kita berbicara dengan nada yang lembut dan penuh sopan santun. Jangan pernah berbicaralah dengan nada yang tinggi apalagi membentak pada orang tua.
Dari Al Musawwir bin Makhramah radhiallahu’anhu tentang sahabat Rasulullah terhadap Rasul ketika berbicara,
وإذا تكَلَّمَ خَفَضُوا أصواتَهم عندَه ، وما يُحِدُّون إليه النظرَ؛ تعظيمًا له
jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap Rasulullah” (HR. Al Bukhari 2731).

4. Tidak duduk di depan orang tua saat mereka berdiri

Jika orang tua sedang berdiri, maka hendaknya kita ikut berdiri dan tidak duduk di hadapannya. Hal ini dimaksudkan untuk menyelisihi kebiasaan orang kafir yang justru duduk saat orang tua berdiri sehingga dianggap tidak sopan dalam Islam.
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu:
اشتكى رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فصلينا وراءَه وهو قاعدٌ, وأبو بكرٍ يُسْمِعُ الناسَ تكبيرَه, فالتفتَ إلينا فرآنا قيامًا فأشار إلينا فقعدنا, فصلينا بصلاتِه قعودًا. فلما سلَّمَ قال: إن كدتُم آنفًا لتفعلون فعلَ فارسَ والرومِ, يقومون على ملوكِهم وهم قعودٌ. فلا تفعلوا. ائتموا بأئمَّتِكم. إن صلى قائمًا فصلوا قيامًا وإن صلى قاعدًا فصلوا قعودًا
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengaduh (karena sakit), ketika itu kami shalat bermakmum di belakang beliau, sedangkan beliau dalam keadaan duduk, dan Abu Bakar memperdengarkan takbirnya kepada orang-orang. Lalu beliau menoleh kepada kami, maka beliau melihat kami shalat dalam keadaan berdiri. Lalu beliau memberi isyarat kepada kami untuk duduk, lalu kami shalat dengan mengikuti shalatnya dalam keadaan duduk. Ketika beliau mengucapkan salam, maka beliau bersabda, ‘kalian baru saja hampir melakukan perbuatan kaum Persia dan Romawi, mereka berdiri di hadapan raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk, maka janganlah kalian melakukannya. Berimamlah dengan imam kalian. Jika dia shalat dalam keadaan berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri, dan jika dia shalat dalam keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan duduk” (HR. Muslim, no. 413).

5. Selalu mendahulukan orang tua

Sebagaimana yang pernah diceritakan oleh Rasulullah Saw mengenai tiga orang pemuda yang terjebak di dalam gua. Salah satunya pun berdoa kepada Allah dimana dalam doa tersebut menunjukkan bahwa ia selalu mendahulukan untuk memberi susu kepada orang tuanya sebelum memberikannya pada anak-anaknya sendiri. (HR. Bukhari no. 5974 dan Muslim no. 2743)
6. Meminta maaf
Sebagai seorang anak, hendaknya kita selalu memintaaf kepada orang tua jika kita telah berbuat salah. Sebagaimana yang dicontohkan oleh saudara Yusuf as yang mana mereka meminta maaf kepada orang tua mereka ketika berbuat salah,
يَا أَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ
Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)“. (QS. Yusuf [12] : 97)

7. Selalu berkata baik

Meskipun orang tua mencela atau berkata buruk pada kita, hendaknya kita selalu membalas dengan perkataan yang baik. Sebagaimana telah diperintahkan oleh Allah SWT,
فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”.” (QS. Al Isro’ [17] : 23)
Ibnu Katsir mengatakan, “Janganlah engkau memperdengarkan pada keduanya kata-kata yang buruk. Bahkan jangan pula mendengarkan kepada mereka kata ‘uf’ (menggerutu) padahal kata tersebut adalah sepaling rendah dari kata-kata yang jelek.”

8. Menafkahi orang tua

Jika orang tua meminta sesuatu kepada kita dan tidak bertentangan dengan Islam, maka berikanlah. Jangan pernah takut untuk kehabisan harta karena itu merupakan salah satu adab dan jalan berbakti kepada orang tua.
Dari Jabir bin Abdillah, bahwa seorang berkata,
“Wahai Rasulullah sesungguhnya aku mempunyai harta dan anak, sedangkan bapakku ingin menghabiskan hartaku.” Maka beliau bersabda, “Engkau dan hartamu adalah milik bapakmu. (H.R.Ibnu Majah)

9. Selalu mendoakan
Sebagai seorang anak hendaknya kita selalu mendoakan orang tua sebagaimana yang telah diajarkan Allah melalui Al Qur’an,
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (QS. At Taubah [9] : 114)

10. Menjaga silaturahmi

Meskipun kita telah dewasa dan memiliki keluarga, namun sebagai seorang anak, kita wajib untuk menyambung silaturahmi dengan orang tua. Dari Asma’ binti Abu Bakar berkata,

Ibuku pernah datang kepadaku dalam keadaan musyrik di masa Quraisy ketika Beliau mengadakan perjanjian (damai) dengan mereka, lalu aku meminta fatwa kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, aku berkata, “Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku karena berharap (bertemu) denganku. Bolehkah aku sambung (hubungan) dengan ibuku?” Beliau menjawab, “Ya. Sambunglah (hubungan) dengan ibumu.” (HR. Muslim)

Itulah 10 adab terhadap orang tua yang wajib kita amalkan. Semoga kita semua menjadi anak yang selalu berbakti kepada kedua orang tua kita selama di dunia. Aamiin ya rabbal alamin.
(Admin).
https://beritaptpn7unittubu.blogspot.com/
https://ptpn7unittulungbuyut.blogspot.com/

Penyebab Hati Gelisah Menurut Islam


Penyebab Hati Gelisah Menurut Islam
(Dikutup dari majalah online dalamislam.com)
Perasaan gelisah dalam hati memang bisa dirasakan oleh siapapun. Karena hal itu merupakan salah satu kodrat yang memang dimiliki oleh manusia. Bedanya, ada manusia yang mampu mengatasi rasa gelisah tersebut da nada pula yang tidak mampu mengatasinya. Penyebab rasa gelisah di dalam hati dapat disebabkan oleh berbagai alasan dan faktor-faktor tertentu. Apalagi dalam kehidupan yang semakin hingar-bingar seperti saat ini, di mana banyaknya pilihan ataupun hal-hal baru yang terkadang meragukan pikiran manusia sehingga membuat hatinya gelisah.
Bahkan dalam beberapa waktu belakangan ini jutru kegelisahan hati tersebut berkaitan dengan masalah keyakinan (agama), moral, dan perilaku-perilaku yang berhubungan dengan interaksi sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Masalah-masalah yang muncul tersebut memang tidak dapat dipungkiri akan menimbulkan rasa gelisah di dalam hati bukan hanya bagi orang-orang yang terlibat dalam masalah tersebut, tetapi kadang juga bagi orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya sekalipun.
Hal ini dikarenakan masalah yang muncul dan mengakibatkan hati menjadi gelisah tidak hanya datang dari dalam diri sendiri, tetapi juga bisa datang dari luar diri sendiri. Sebenarnya bukan hal yang sulit untuk menyelesaikan masalah yang muncul, yaitu dengan mengahadapinya untuk mencari dan menemukan solusinya, bukan malah menghindarinya.
Tetapi jutru seringkali banyak orang yang malah menghindari masalah yang muncul sehingga membuat masalah tidak terselesaikan dan menjadi semakin rumit. Sedemikian sehingga efek inilah yang sering menyebabkan timbulnya rasa gelisah di dalam hati, di mana rasa gelisah di dalam hati tersebut dapat berdampak pada melemahnya kreatifitas yang ada di dalam diri sehingga harus selalu memiliki cara hati tenang.
Adapun Penyebab Hati Gelisah Menurut Islam adalah sebagai berikut :
1.      Memudarnya Keyakinan Kepada Tuhan Penyebab pertama yang dapat menjadikan hati gelisah adalah memudarnya keyakinan kepada Tuhan, yaitu Allah SWT. Memudarnya keyakinan ini berarti menandakan bahwa keimanan kepada Tuhan juga melemah. Sebagaimana kita tahu bahwa seorang yang iman lemah pasti hatinya akan merasa gelisah dan tidak tenang. Hal ini dikarenakan melemahnya iman berarti mengindikasi diri lupa terhadap Tuhan Yang Maha Segalanya, termasuk Maha Pemberi Pertolongan dalam menghilangkan rasa gelisah yang ada di dalam hati.
2.      Terlalu Ikut Campur Dalam Perkara TuhanPenyebab kedua yang dapat menjadikan hati gelisah adalah terlalu ikut campur dalam perkara Tuhan. Dalam artian, terlalu mencampuri terhadap perkara-perkara yang sudah menjadi urusan dan ketentuan Allah SWT, di mana dalam hal ini dapat dikatakan sebagai takdir. Sebagaimana kita tahu bahwa takdir memang menjadi daerah kekuasaan Allah yang tidak harusnya dicampuri oleh makhluk-Nya.Apalagi kepada tiga takdir mutlak yang sudah ditetapkan sejak manusia dilahirkan ke dunia, yaitu rezeki, jodoh, dan kematian (maut). Jadi, apabila kita terlalu mencampuri urusan-urusan tersebut jutru akan menyebabkan hati menjadi gelisah. Karena pikiran dan logika kita tidak akan mampu menjangkaunya. Sedemikian sehingga yang bisa dilakukan oleh kita sebagai makhluk-Nya hanyalah terus berusaha dan berdoa.
3.      Kurang Sabar Ketika Menjalani Ujian Tuhan Penyebab ketiga yang dapat menjadikan hati gelisah adalah kurangnya kesabaran ketika menjalani ujian dari Allah SWT. Sebagaimana telah kita ketahui sebagai manusia yang beragama bahwa hidup ini pasti akan menemui berbagai macam ujian. Oleh karena itu, apabila ujian tersebut datang, maka kita harus mampu bersabar dalam menghadapi dan menjalaninya.
Karena apabila kita tidak bersabar, justru akan menimbulkan rasa gelisah di dalam hati kita sendiri. Bahkan kita harus merasa beruntung jikalau Allah SWT masih mau menguji kita, karena itu menandakan bahwa Allah SWT masih ingat kepada kita sebagai salah satu hamba-Nya di dunia ini. Dan Dia, Allah SWT, tidak membiarkan kita terlena dalam gelamornya dunia yang penuh dengan berbagai sudut-sudut kelalaian di dalamnya.
4.      Seringkali Mengeluh Dengan Ujian Tuhan
Penyebab keempat yang dapat menjadikan hati gelisah adalah kebiasaan sering mengeluh dengan ujian yang datang dari Allah SWT. Mengeluh dengan ujian Tuhan memang terkadang tidak bisa dihindari, tetapi janganlah terlalu sering, karena hal tersebut hanya akan menyebabkan hati menjadi gelisah.
Lekaslah bangkit dari keluhan tersebut untuk kemudian berusaha mencari jalan keluar atau solusi dari ujian yang diberikan oleh Tuhan. Karena setiap ujian, cobaan, dan masalah yang diberikan oleh Allah SWT pasti ada solusi atau jalan keluarnya asalkan kita tidak berhenti berusaha dan berdoa kepada-Nya selaku Tuhan Semesta Alam.
5.      Beranggapan Bahwa Tuhan Tidak Adil
Penyebab kelima yang dapat menjadikan hati gelisah adalah memiliki anggapan bahwa Tuhan tidak adil. Bagaimana bisa kita menganggap Tuhan, Allah SWT, tidak adil, padahal sudah dijelaskan dalam Kitab Suci-Nya bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Adil. Bukti keadilan tersebut contohnya ialah memberikan solusi dalam setiap permasalahan, memberikan kemudahan dalam setiap kesusahan, menciptakan yang miskin dan yang kaya supaya roda kehidupan dunia dapat berjalan, bahkan memberikan kesehatan dan juga sakit agar kita tidak menjadi manusia yang sombong seperti kisah Fir’aun yang berani mengaku dirinya sebagai Tuhan hanya karena tidak pernah sakit. Ingatlah bahwa beranggapan kalau Allah SWT itu tidak adil hanya akan mendatangkan rasa gelisah di dalam hati.
6.      Lupa Untuk Bersyukur Kepada Tuhan
Penyebab keenam yang dapat menjadikan hati gelisah adalah melakukan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah SWT. Dalam artian, kita lupa untuk memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala hal yang telah diberikan-Nya selama hidup di dunia, seperti kesehatan, kesenangan, dan lain sebagainya. Justru apabila kita lupa bersyukur berarti menandakan bahwa kita merupakan makhluk yang sombong terhadap Tuhannya sendiri. Dan sebagaimana kita tahu bahwa orang yang sombong itu tidak akan memiliki hati yang tenang, artinya hatinya akan selalu gelisah.
Contohnya lagi ialah Fir’aun, di mana karena kesombongan yang dimilikinya membuat hatinya gelisah dan tidak tenang gara ada peramal yang menyebutkan bahwa kelak akan ada lelaki yang berhasil merebut kekuasaannya. Sedemikian sehingga dia menjadi gelisah dan takut setiap ada anak laki-laki yang lahir dan menyuruh anak buahnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir tersebut.
7.      Enggan Melaksanakan Perintah Tuhan
Penyebab ketujuh yang dapat menjadikan hati gelisah adalah enggan melaksanakan perintah Tuhan, yaitu Allah SWT. Contohnya saja ialah enggan melaksanakan shalat yang merupakan tiang agama. Sebagaimana kita tahu bahwa shalat adalah salah satu ibadah yang dapat menjadikan hati menjadi tenang dan tentram. Dengan kata lain, hati yang gelisah dapat disebabkan karena kita enggan melaksanakan shalat yang merupakan salah satu perintah Allah SWT dan wajib dilakukan oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia.
8.      Sering Melanggar Larangan Tuhan
Penyebab kedelapan yang dapat menjadikan hati gelisah adalah sering melanggar larangan Tuhan, yaitu Allah SWT. Bahkan menjadikan pelanggaran tersebut sebagai sebuah kebiasaan setiap harinya. Contohnya lagi-lagi ialah shalat, di mana dalam hal ini artinya ialah tidak melaksanakan shalat wajib dalam keseharian. Kebiasaan tidak shalat dalam keseharian inilah yang membuat kita mengabaikan bahwa meninggalkan shalat itu adalah dosa. Kebiasaan melakukan dosa yang kemudian memang berwujud menjadi sebuah kesengajaan sengaja tidak shalat. Dengan demikian, kesengajaan tersebut akan menjadi penyebab timbulnya rasa gelisah di dalam hati.
Demikian beberapa penyebab hati gelisah menurut Islam. Meskipun kegelisahan merupakan suatu hal yang wajar-wajar saja dialami oleh manusia, tetapi sebagai makhluk yang beragama dan percaya akan adanya Tuhan, yaitu Allah SWT di dalam ajaran agama Islam, maka kegelisahan tersebut harusnya dapat diredam dengan keimanan yang dimiliki.

Percaya dengan adanya Tuhan, Allah SWT, kemudian diucapkan secara lisan dan dilaksanakan dengan anggota badan, baik dalam menjalankan segala perintah-Nya maupun dalam menghindari segala larangan-Nya. Dan lagi, Amalam istigar juga bisa membantu menentramkan hati disaat gelisah.




(Admin).
https://beritaptpn7unittubu.blogspot.com/
https://ptpn7unittulungbuyut.blogspot.com/