Adab Dalam Berbicara
(Dikutup dari
majalah online dalamislam.com)
Hubungan antara sesama manusia tentunya tidak
terlepas dari komunikasi verbal atau berbicara satu sama lain. Dalam Islam,
ketika berbicara pun kita harus memegang teguh adab-adab yang telah diajarkan
oleh Rasulullah saw. Berikut ini adalah beberapa adab dalam berbicara yang
perlu diperhatikan:
1. Berbicara yang baik
Ketika
kita diberikan nikmat berbicara, maka berbicaralah hanya yang baik saja.
Sebagaimana telah Allah perintahkan,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah
memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati
Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar”
[Al-Ahzab : 70-71]
Dalam kitab
Shahihnya no. 6477 , dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيْهَا يَهْوِى بِهَا فِي النَّارِأَبْعَدَمَا بَيْنَ الْمَسْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
“Sesungguhnya
seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa
dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih
jauh dari jarak timur dengan barat”
2. Tidak ghibah
Salah
satu penyumbang dosa terbesar manusia adalah lisannya. Banyaknya ghibah yang
dilakukan membuat seorang ahli agama pun dapat masuk ke dalam neraka. Dalam
kitab Shahih Muslim hadits no. 2589 dijelaskan,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ : أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَأكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ اَفَرَاَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنَّ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُولُ فَقَدِاغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَهُ
“Diriwayatkan dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada
para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah
dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau
menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka” Ada yang menyahut,
“Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau
menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya,
sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah
berdusta atas dirinya”
3. Melihat wajah lawan bicara
Jika
berbicara secara langsung, maka pandanglah wajah orang yang berbicara tersebut.
Hal ini akan membuat mereka merasa lebih dihargai. Dari ibnu ‘Abbas, beliau
berkata,
إنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا فَلَبِسَهُ قَالَ : شَغَلَنِي هَذَا عَنْكُمْ مُنْذُ الْيَوْمَ إِلَيْهِ نَظْرَةٌ وَإِلَيْكُمْ نَظْرَةٌ ثُمَّ أَلْقَاهُ
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mempunyai sebuah cincin dan memakainya, beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Cincin ini telah menyibukkanku dari
(memperhatikan) kalian sejak hari ini (aku memakainya), sesaat aku memandangnya
dan sesaat aku melihat kalian”. Kemudian beliau pun melempar cincin
tersebut.”(Shahih An Nasa’i : 5304)
4. Antusias
Dengarkanlah
orang lain yang berbicara dengan sangat antusias. Bahkan meskipun kita pernah
mendengar hal tersebut sebelumnya, hendaklah kita tetap mendengarkan dengan
baik.
‘Ataa’
bin Abi Rabah berkata,
إن الرجل ليحدِّثني بالحديث فأنصت له كأني لم أسمعه وقد سمعته قبل أن يولد
“Ada seseorang laki-laki
menceritakan kepadaku suatu cerita, maka aku diam untuk benar-benar
mendengarnya, seolah-olah aku tidak pernah mendengar cerita itu, padahal
sungguh aku pernah mendengar cerita itu sebelum ia dilahirkan.” (Siyar A’laam
An-Nubala 5/86)
5. Tidak memotong pembicaraan
Adab
selanjutnya ketika berbicara adalah tidak memotong pembicaraan. Orang yang suka
memotong pembicaraan orang lain adalah orang yang sangat tidak sopan dan egois.
Al-Hasan
Al-Bashri berkata,
إذا جالست فكن على أن تسمع أحرص منك على أن تقول , و تعلم حسن الاستماع كما تتعلم حسن القول , و لا تقطع على أحد حديثه
“Apabila engkau
sedang duduk berbicara dengan orang lain, hendaknya engkau bersemangat mendengar
melebihi semangat engkau berbicara. Belajarlah menjadi pendengar yang baik
sebagaimana engkau belajar menjadi pembicara yang baik. Janganlah engkau
memotong pembicaraan orang lain.” (Al-Muntaqa hal. 72)
6. Tidak berdebat
Ada
kalanya dalam sebuah pembicaraan terjadi perdebatan. Dalam Islam, perdebatan
hal yang biasa terjadi namun hendaknya dihindari. Bahkan meskipun kita benar,
kita sebaiknya mengalah agar tidak terjadi perdebatan yang panjang.
Rasul
pernah bersabda,
ﻋَﻦ ﺃَﺑِﻲ ﺃُﻣَﺎﻣَﺔ ﻗَﺎﻟَﻘَﺎﻝ ﺭَﺳُﻮﻝ اﻟﻠَّﻪ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪ ﻭَﺳَﻠَّﻢ ﺃَﻧَﺎ ﺯَﻋِﻴﻢ ﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﺭَﺑَﺾ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺗَﺮَﻙ اﻟْﻤِﺮَاء ﻭَﺇِﻥ ﻛَﺎﻥ ﻣُﺤِﻘًّﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﻭَﺳَﻄ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺗَﺮَﻙ اﻟْﻜَﺬِﺏ ﻭَﺇِﻥ ﻛَﺎﻥ ﻣَﺎﺯِﺣًﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﺃَﻋْﻠَﻰ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺣَﺴَّﻦ ﺧُﻠُﻘَﻪ
“Aku menjamin sebuah
istana di sekitar surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan walaupun
dia dalam keadaan benar. Dan dipertengahan surga bagi seorang yang meninggalkan
kedustaan walau dalam bercanda dan di bagian surga tertinggi bagi yang terpuji
akhlaknya.” (HR. Abu Dawud, dalam sunannya, no 4167)
7. Terlalu banyak bicara
Salah
satu orang yang merugi adalah orang yang sangat banyak berbicara. Rasul sendiri
telah memperingatkan mereka yang terlalu banyak berbicara.
Rasulullah
bersabda, “Dan
sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya di
antara kalian dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang banyak bicara,
orang yang memfasih-fasihkan cara bicaranya dan orang yang sombong.”
(HR. Tirmidzi)
8. Selalu jujur
Teladan
yang selalu dicontohkan oleh Rasul semasa hidupnya adalah selalu berkata jujur.
Jujur dalam berbicara menunjukkan ke-Islaman seseorang, maka hendaknya kita
selalu jujur dalam setiap perkataan bahkan dalam candaan sekalipun.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
Dari Abdullâh
bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahualaihi wa
sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran
membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan
apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat
di sisi Allâh sebagai orang yang jujur.
Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena
dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang
ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka
akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).” [ Ahmad (I/384);
al-Bukhâri (no. 6094) dan dalam kitab al-Adabul Mufrad (no. 386) At-Tirmidzi
berkata, “Hadits ini hasan shahih.
Itulah 8 adab dalam berbicara
yang perlui dipedomani. Meskipun sepele, namun ingatlah bahwa banyak orang di
kubur sana yang ingin kembali memperbaiki semuanya akibat perkataannya dulu.
Semoga kita semua dijauhkan dari bahayanya berbicara. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar